Banyak orang mengira dengan memperoleh penghasilan yang tinggi, mendapat warisan milyaran rupiah, mendapat lotere, dsb adalah bebas secara finansial yang dimaksud. Meski tidak sepenuhnya salah, argumen itu pun tidak sepenuhnya benar. Sebab bebas secara finansial tidak ditentukan oleh besaran penghasilan yang anda dapatkan. Akan tetapi bagaimana kita mengatur besaran pengeluaran tidak melebihi besaran penghasilan. Memang tentu saja untuk mencapai tingkat bebas secara finansial kedua variabel tersebut haruslah terpenuhi. Sebab bagaimana mungkin mengatur variabel pengeluaran supaya lebih kecil kalau variabel penghasilannya adalah nol. Kecuali jika anda memutuskan untuk jadi petapa dan hidup di hutan misalnya. Jadi langkah awal untuk bebas secara finansial adalah mempunyai penghasilan. Setelah itu barulah kita mengatur besaran pengeluaran untuk disesuaikan dengan besaran penghasilan. Pada dasarnya selama kita bisa menempatkan besaran pengeluaran lebih kecil dari pengeluaran maka saat itu pula kita sudah bebas secara finansial, berapapun angkanya. Pepatah kuno mengatakan ?sedikit harus mencukupi, banyak harus bersisa?
. Dengan mengubah paradigma tersebut maka sesungguhnya pencapaian bebas secara finansial tidak selalu harus dicapai dengan mempunyai penghasilan setinggi langit. Karena justru akibat salah paradigma inilah banyak orang yang dalam rangka mengejar kebebasan secara finansial, alih-alih mencapai tujuannya malah terjebak dalam lingkaran setan menjadi budak finansial. Sekarang bayangkan, orang bekerja dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan dan mencapai kebebasan finansialnya. Karena situasi ekonomi, faktor inflasi, moneter dan sebagainya orang dituntut untuk bekerja semakin keras. Sebab meskipun secara nominal gaji seorang pegawai naik dari tahun ke tahun, sesungguhnya nilai daya belinya hampir paralel dengan kenaikan harga-harga barang. Kecuali tentu saja jika mendapat promosi istimewa. Dan patut diingat pula semakin tinggi jabatan sesorang maka semakin banyak waktu yang harus diabdikan untuk pekerjaannya. Akibatnya adalah semakin berkurang pula waktu yang dimilikinya untuk dinikmati bersama keluarga dan lingkungannya. Sesuatu yang sebenarnya adalah tujuan utama seseorang untuk mencapai kebebasan secara finansial. Tapi jangan pula dikira seseorang dengan penghasilan tinggi atau memiliki beberapa pabrik sekalipun sudah bebas secara finansial. Ketika keinginan untuk menumpuk uang sebanyak mungkin masih membebani pikirannya, membuatnya bekerja gila-gilaan dan tidak punya waktu luang baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya, sebenarnya dia belum bebas secara finansial. Mungkin ilustrasi yang paling tepat untuk menggambarkan ini adalah Paman Gober dalam kartun Disney. Ironis memang, banyak uang berlimpah tapi hatinya merasa miskin, bahkan untuk belanja keperluannya sekalipun secara layak. Jadi sekali lagi, harus diingat untuk bebas secara finansial tidak harus dicapai dengan penghasilan tinggi dan juga tidak dengan cara menjadi pelit terhadap diri sendiri. Sebab selama kita bisa mengatur besaran pengeluaran dibawah penghasilan, jangan ragu untuk memanjakan diri dan keluarga untuk belanja sesuatu yang kita inginkan. Termasuk berekreasi tentunya. Karenanya, kini orang makin sadar untuk tidak menghabiskan waktu untuk bekerja keras seumur hidup, jauh dari keluarga dan lingkungan, untuk akhirnya ditendang ketika usia sudah tidak produktif lagi. Paradigma yang kini dipakai orang bukan lagi Work Hard, tapi Work Smart! Menciptakan penghasilan pasif (passive income) adalah salah satunya. Sebab dengan mempunyai penghasilan pasif maka kita relatif mempunyai waktu lebih untuk digunakan bersama keluarga dan membuat diri kita semakin bermanfaat bagi lingkungan. Tidak peduli berapa besar penghasilan itu, akan jauh lebih berarti jika dibandingkan dengan penghasilan tinggi yang harus ditukar dengan hilangnya waktu kita bersama keluarga. Jadi kini pilihan ada di tangan anda. Mau bekerja keras seumur hidup atau mulai memikirkan untuk mencari alternatif lain, untuk bisa bebas secara finansial.
No comments:
Post a Comment